March 10, 2013

Teknologi Drama “GOAL” Dalam Sepakbola


Hampir dan mungkin semua orang tahu cabang olahraga sepakbola. Olahraga yang satu ini merupakan olahraga yang popular ketimbang basket, tenis, golf. Mungkin orang akan lebih tahu siapa itu Maradona, Ronaldo daripada Kobe Bryant, Lebron James, Roger Federer, Rafael Nadal atau bahkan mungkin Tiger Woods. Dari anak kecil sampai orang tua, entah laki-laki atau perempuan banyak yang suka dengan olahraga ini.

Berbagai stasiun televisi seakan berlomba membeli hak siar untuk menyajikan program sepakbola. Dari liga Itali dengan unggulan derbi Della Madonnina, liga Inggris dengan sebutan Big Match nya, liga Spanyol dengan El Classico nya. Karena hal ini lah, masing-masing negara penyelenggara liga sepak bola dibawah FIFA, berusaha untuk terus memperbaiki kualitas permainan sepakbola baik dari segi regulasi, teknologi nya, untuk berlomba menjadi liga yang paling baik diantara liga dari negara lain.

Terkait dengan teknologi, mungkin kita mengenal apa itu gol hantu, atau mungkin kita belum tahu apa itu gol hantu? Mari kita lihat gambar-gambar berikut :



Gol kah itu? Iya, “SEHARUSNYA”, kenapa seharusnya, karena ternyata sang pengadil tidak mengesahkan bola itu sebagai gol. Sebagai penonton, kita disuguhi dengan bidikan-bidikan kamera yang mampu merekam dan men-slow tayangan sehingga tampak jelas apa yang seharusnya diputuskan. Tetapi apapun itu, keputusan wasit adalah finalnya.

Banyak “gol hantu” yang terus berulang yang pastinya merugikan salah satu tim dalam pertandingan. Hal ini lah yang membuat FIFA, sebagai Federasi sepak bola internasional, melakukan terobosan-terobosan guna membantu sang pengadil untuk lebih “ADIL” dalam memimpin pertandingan, terobosan tersebut terkait dengan mencoba improvement teknologi, diantaranya “HAWK EYE dan GOALREF”. Dua teknologi ini masih diuji dan FIFA belum diputuskan teknologi apa yang akan dipakai.

HAWK EYE
Dari namanya terdengar hampir seperti nama pesawat. Sesuai dengan namanya, Hawk eye (mata elang), adalah burung yang memiliki kemampuan untuk melihat mangsanya dari jarak yang jauh. Mungkin pengertian ini digunakan untuk mewakili bagaimana kerja teknologi ini.

Teknologi hawk eye menggunakan 6-7 kamera yang dipasang pada beberapa titik. Kamera ini nantinya akan langsung mengarah ke gawang yang akan merekam dengan jelas posisi bola dari garis gawang dengan visual dari beberapa sudut, hasil dari rekaman ini akan langsung terhubung ke jam tangan wasit yang telah didesain khusus. Sehingga dapat diputuskan terjadi gol atau tidak. Tetapi sayangnya teknologi ini memiliki kelemahan, karena bola tidak akan terdeteksi jika berada dibawah tubuh penjaga gawang.

GOALREF
Teknologi yang kedua adalah goalref yang berasal dari Denmark dan Jerman. Teknologi ini mungkin lebih rumit dan kompleks daripada hawkeye. Cara kerja teknologi ini adalah menggunakan sinyal magnetik. Sebuah chip akan ditanamkan dalam bola, sementara sebuah perangkat elektronik yang lain dipasang pada tiang gawang. Ketika bola melewati batas gawang, Sebuah sinyal langsung disampaikan kepada wasit lewat jam tangan dan benar-benar lebih cepat dari asisten wasit.

Meskipun teknologi ini terbilang canggih, krtitikan tetap saja muncul, terkait dengan pengaruh teknologi dengan kualitas bola, selain itu juga ditakutkan dengan rentannya kondisi chip di dalam bola.

FIFA mungkin memilah-milah, teknologi mana yang akan dipakai, tetapi akan lebih baik jika kedua teknologi ini bisa dipergunakan bersama-sama, sehingga penonton pun bisa ikut memutuskan secara tampilan visual, layak atau tidaknya sebuah gol.

No comments:

Post a Comment