October 6, 2012

Apa Itu Sufi?


Istilah sufi ada yang mengatakan bermula dari shafa,  nama bukit terkenal di mekkah. Ada yang mengatakan bermula dari shafâ yang berrati jernih. Ada yang mengatakan bermula dari shiffah. seperti diketahui, ada kelompok sahabat Nabi yang fakir yang tinggal di masjid dan disebut ahlussuffah. Ada yang bilang bermula dari ash-Shafful Awal, barisan pertama dalam salat berjamaah. Bahkan ada yang berpendapat, bermula dari kata Yunani sofia, yang berarti hikmah atau kebijaksanaan.

Namun semua itu dari segi kaidah bahasa tidak cocok. Semua kata itu tidak dapat dinisbatkan menjadi shufi atau sufi, karena itu kebanyakan ulama termasuk kalangan tasawwuf sendiri, cenderung berpendapat bahwa kata itu bermula dari shûf, yang berarti bulu. Seperti diketahui, para fakir yang mengkhususkan dirinya untuk Allah, mempunyai kebiasaan berpakaian sangat sederhana dari bulu domba, dan ini kemudian menjadi cirinya. Jadi tashawwafa-yatashawwafu-tashawwuf, artinya semula orang yang berpakaian bulu. Seperti takhattama, artinya orang yang memakai cincin. Sedangkan dari istilah, kita menjumpai banyak definisi dibuat orang. Dan seringkali apa yang disebut definisi itu hanya merupakan ungkapan-ungkapan irsyadiah.

Di dalam kitab at-Ta’rîfât oleh Ali bin Muhammad as-Syarif al-Jurjani, tashawwuf dita’rifkan sebagai : “Menetapi etika-etika agama secara lahiriah sehingga ketetapannya di batin terlihat dari luar dan secara batiniah, sehingga ketetapannnya di luar dapat terlihat dari dalam”. Kemudian diterangkan pendapat-pendapat orang tentang tashawwuf yang antara lain adalah :
  • Aliran yang keseluruhannya kesungguhan tanpa dicampuri main-main sedikitpun.
  • Membersihkan hati dari menuruti kemanusiaan, meninggalkan perangai-perangai kodrati, mengubur sifat-sifat manusiawi, menjahui ajakan-ajakan nafsu, menempati sifat-sifat ruhani, bergantung kepada ilmu-ilmu hakikat, melakukan hal-hal yang lebih baik bagi keabadian, berbuat baik kepada segenap umat, patuh kepada Allah secara benar, dan mengikuti ajaran dan SunahRasul saw.
  • Meninggalkan ikhtiar.
  • Mencurahkan segala kesungguhan dan berbahagia dengan Tuhan yang disembah.
  • Berpaling dari penolakan.
  • Kejernihan muamalah dengan Allah dan pokoknya adalah meninggalkan dunia.
  • Sabar di bawah perintah dan larangan.
  • Berpegang pada hakikat, berbicara mengenai yang lembut-lembut, dan memutuskan harapan terhadap apa yang ada di tangan makhluk. 
Menurut kalangan tashawwuf, ruh yang berasal dari alam arwah itulah hakikat manusia. Sedang jasad yang berasal dari alam al-Khalaq, pencipataan, sekedar kendaraannya. Ruh bersifat dan berhubungan dengan cahaya, sedangkan jasad bersifat dan berhubungan dengan materi. Orang yang hanya melihat materi, seperti iblis, akan lupa atau mengabaikan Tuhannya padahal ada di hadapannya, dan dia merugi selamanya. Sebaliknya orang yang hanya melihat Allah, seperti para malaikat, akan lupa atau mengabaikan dunia yang materi ini, dan dia akan abadi dalam kebahagiaan. Untuk menjadi yang terakhir inilah orang-orang tashawwuf bermujahadah melawan dirinya sendiri, godaan setan dan gemerlap dunia.

Sumber : Majalah MayaRa (Penulis : KHA. Mustofa Bisri)

No comments:

Post a Comment